MUI TAHUN BARU ISLAM SEBAGAI INTROPEKSI DIRI

29 Desember 2008

Medan (SIB)Tanggal 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam harus menjadi momentum untuk introspeksi diri guna memperbaiki kesalahan dan berbuat yang lebih baik untuk waktu selanjutnya.
“Introspeksi dan berbuat sesuatu lebih baik merupakan substansi dan tujuan ‘hijrah’ (perpindahan) Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai tahun baru Islam,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut, Prof. DR. H. Abdullah Syah, MA di Medan, Minggu.

Pernyataan itu disampaikan Abdullah Syah ketika dimintai pendapatnya tentang makna 1 Muharram 1430 Hijriyah pada 29 Desember 2008.
Abdullah mengatakan, Nabi Muhammad SAW hijrah atau pindah ke Madinah untuk mencari kehidupan yang lebih baik, karena di Mekkah selalu mendapatkan tekanan dari kaum kafir.
Perpindahan itu merupakan langkah awal kebangkitan Islam sehingga dimonumentalkan menjadi tahun baru Islam atau yang lebih dikenal tahun Hijriyah.
Selain diimbau untuk merayakannya guna menambah semangat keberagaman, ummat Islam diharapkan memaknai hijrah itu dengan memperbaiki diri agar menjadi sosok muslim yang lebih baik.
Dalam Islam, seseorang muslim yang tidak memperbaiki diri seiring perjalanan waktu akan dikategorikan kelompok orang yang merugi.
Apalagi jika muslim itu bertambah tidak baik perbuatannya, meski waktu terus berlalu maka akan dikategorikan kelompok celaka.
Sedangkan muslim yang dianggap beruntung adalah pribadi yang terus memperbaiki diri sesuai pergantian zaman dan waktu. “Karena itu, MUI Sumut mengimbau momen 1 Muharram 1430 Hijriyah harus dimanfaatkan untuk introspeksi diri guna menjadi pribadi yang lebih baik,” katanya.
Abdullah Syah juga mengimbau ummat Islam untuk memperbanyak ibadah guna memaknai dan memeriahkan tahun baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah, yang bertepatan dengan 29 Desember 2008.
Selain bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, Abdullah juga mengimbau ummat Islam untuk berpuasa, khususnya pada 10 Muharram.
“Malah kalau mampu, sangat dianjurkan untuk berpuasa dari 1-11 Muharram,” kata Guru Besar IAIN Sumut itu.
Selain dapat memberi keselamatan, kata Abdullah, puasa pada bulan Muharram juga dapat menghapuskan dosa ummat Islam satu tahun yang lalu.
Puasa pada bulan itu, khususnya pada 10 Muharram memiliki nilai sejarah yang besar sehingga bukan hanya dikerjakan oleh ummat Islam.
Pada 10 Muharram merupakan momen diselamatkannya Nabi Ibrahim dari kobaran api serta keberhasilan Nabi Musa menyeberangi lautan ketika dikejar Firaun.
“Karena itu, puasa 10 Muharram juga sering dilakukan ummat Nasrani dan Yahudi,” kata Abdullah. (Ant/x)

0 komentar: