AKHLAK MANUSIA YANG RUSAK

06 April 2009 0 komentar

Sewaktu kedaerah-daerah dalam rangka ikut menyaksikan bangkai rumah-rumah ibadah, sekolah-sekolah, dan rumah-rumah penduduk, baik dalam kapasitas saya sebagai orang Departemen agama maupun sebagai Ketua MUI, sering saya tercenung memikirkan tata nilai manusia yang rusak. Dulu kita begitu terkesima dengan hubungan baik atau adab sopan santun yang diwariskan secara turun-temurun oleh para pendahulu sebagai tonggak sebuah peradaban rohani. Namun, setelah melewati masa-masa sulit itu, dan kini kita berhasil membangun dengan sangat berhasil peradaban fisik sebagai simbol kemodeman, ternyata membawa masalah yang sangat ruwet. Barulah kita sadar bahwa peradaban kemanusiaan modern kita sangat rapuh. Para tokoh masyarakat dan pemuka agama ramai-ramai membuat pertanyaan penyesalan keperihatinan. Dan setelah itu kita menganggaptugas kita telah selesai.

Alangkah sederhananya tugas kita sebagai pelopor peradaban modern. Dan alngkah terbuktinya teori ‘umran (peradaban) dari ibnu khaldun tentang perseteruan masyarakat hadlarah (menetap-kota-modern) dan masyarakat badawah (berpindah-pindah-agraris-nomaden) di tanah arab tempo dulu. Suatu masyarakat yang hidup secara dinamis dan progresif, penuh persaingan selalu ingin saling mengalahkan karena dipacu oleh kebutuhan mempertahankan hidup sehari-hari. Yang satu ingin hidup mapan, yang lainnya anti kemapanan.

Kelompok masyarakat terakhir ini kalau terdesak oleh kebutuhan hidup sehari-hari, maka kerjanya-menurut Ibnu Khaldun-hanya memberontak, menyerang dan merampas kekuasaan dari orang-orang kotadan mengacaukan suasana masyarakat kota dengan jalan memperkosa dan membunuh. Sebanding dengan perseteruan masyarakat kita sekarang yang lebih banyak dipacu oleh ketidakadilan sosia, sehingga membengkak menjadi kecemburuan sosial yang diperkaya oleh sentimen keagamaan, maka lahirlah usaha saling memberontak, menyerang, merampas, memperkosa dan membunuh, sebagaimana layaknya masyarakat arab jahiliyah yang selama ini kita cibir.

Kalau kita mau jujur, terutama melihat praktik hidup masyarakat kita akhir-akhir ini, rasa-rasanya kita telah terjatuh ke dalam usaha mempratikkan peradaban jahiliyah di tanah air kita yang dulunya disanjung-sanjung sebagai tanah air yang ramah itu. Karenanya, kita merindukan seorang tokoh Muhammad bin Abdullah dengan masyarakat madaninya (masyarakat beradab) untuk menyelamatkan kitadari kebangkrutan moral.

Kita tidak ingin puas hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita adalah masyrakat beragama, dan bukan masyarakat sekuler. Atau pernyataan yang berbau sloganistik dan klise namun masih bermanfaat adalah “negara kita bukan negara agama dan juga bukan negara sekuler. “Sebuah pernyataan yang mengindikasikan adanya keseimbangan antara duniawi dan ukhrawi dalam kehidupan kenegaraan. Namun, sejauh ini kita terlampau terpukau oleh pembangunan fisik dan lalai membangun mental rohani masyarakat yang beradab. Maka upaya ini tidak cukup dengan membuat pernyataan politik, meliankan adanya usaha sadar yang dilandasi oleh Ketuhanan Yang Maha Esa untuk membangun peradaban modernyang demokratis dengan melibatkan partisipasi masyarakat seluas-luasnya. Contoh paling mengesankan adalah masyarakat madani warisan Nabi Muhammad Saw

Read More......

Kesucian dan Kemuliaan Ilmu

29 Desember 2008 0 komentar


Kesucian dan Kemuliaan Ilmu
  1. Tiada kemuliaan seperti ilmu.
  2. Ilmu adalah pusaka yang mulia.
  3. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di anggota-anggota badan.
  4. Tetaplah mengingat ilmu di tengah orang-orang yang tidak menyukainya, dan mengingat kemuliaan yang terdahulu di tengah orang-orang yang tidak memiliki kemuliaan, karena hal itu termasuk di antara yang menjadikan keduanya dengki terhadapmu.
  5. Jika Allah hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.

  1. Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka muncullah empat api. Lalu datanglah shalat (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah puasa, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata, “Seandainya aku menjumpai api-api itu, niscaya akan aku padamkan semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan.”
  2. Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena mereka hanya akan mendustakanmu, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.
  3. Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasanya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.

Read More......

MUI TAHUN BARU ISLAM SEBAGAI INTROPEKSI DIRI

0 komentar

Medan (SIB)Tanggal 1 Muharram yang merupakan tahun baru Islam harus menjadi momentum untuk introspeksi diri guna memperbaiki kesalahan dan berbuat yang lebih baik untuk waktu selanjutnya.
“Introspeksi dan berbuat sesuatu lebih baik merupakan substansi dan tujuan ‘hijrah’ (perpindahan) Nabi Muhammad SAW yang dijadikan sebagai tahun baru Islam,” kata Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumut, Prof. DR. H. Abdullah Syah, MA di Medan, Minggu.

Pernyataan itu disampaikan Abdullah Syah ketika dimintai pendapatnya tentang makna 1 Muharram 1430 Hijriyah pada 29 Desember 2008.
Abdullah mengatakan, Nabi Muhammad SAW hijrah atau pindah ke Madinah untuk mencari kehidupan yang lebih baik, karena di Mekkah selalu mendapatkan tekanan dari kaum kafir.
Perpindahan itu merupakan langkah awal kebangkitan Islam sehingga dimonumentalkan menjadi tahun baru Islam atau yang lebih dikenal tahun Hijriyah.
Selain diimbau untuk merayakannya guna menambah semangat keberagaman, ummat Islam diharapkan memaknai hijrah itu dengan memperbaiki diri agar menjadi sosok muslim yang lebih baik.
Dalam Islam, seseorang muslim yang tidak memperbaiki diri seiring perjalanan waktu akan dikategorikan kelompok orang yang merugi.
Apalagi jika muslim itu bertambah tidak baik perbuatannya, meski waktu terus berlalu maka akan dikategorikan kelompok celaka.
Sedangkan muslim yang dianggap beruntung adalah pribadi yang terus memperbaiki diri sesuai pergantian zaman dan waktu. “Karena itu, MUI Sumut mengimbau momen 1 Muharram 1430 Hijriyah harus dimanfaatkan untuk introspeksi diri guna menjadi pribadi yang lebih baik,” katanya.
Abdullah Syah juga mengimbau ummat Islam untuk memperbanyak ibadah guna memaknai dan memeriahkan tahun baru Islam 1 Muharram 1430 Hijriyah, yang bertepatan dengan 29 Desember 2008.
Selain bersedekah kepada fakir miskin dan anak yatim, Abdullah juga mengimbau ummat Islam untuk berpuasa, khususnya pada 10 Muharram.
“Malah kalau mampu, sangat dianjurkan untuk berpuasa dari 1-11 Muharram,” kata Guru Besar IAIN Sumut itu.
Selain dapat memberi keselamatan, kata Abdullah, puasa pada bulan Muharram juga dapat menghapuskan dosa ummat Islam satu tahun yang lalu.
Puasa pada bulan itu, khususnya pada 10 Muharram memiliki nilai sejarah yang besar sehingga bukan hanya dikerjakan oleh ummat Islam.
Pada 10 Muharram merupakan momen diselamatkannya Nabi Ibrahim dari kobaran api serta keberhasilan Nabi Musa menyeberangi lautan ketika dikejar Firaun.
“Karena itu, puasa 10 Muharram juga sering dilakukan ummat Nasrani dan Yahudi,” kata Abdullah. (Ant/x)

Read More......

Perayaan Malam Tahun Baru Islam

0 komentar

Malam 1 Muharram 1430 H

Dengan semaraknya dan semangat pada malam tahun baru islam yang dirayakan masyarakat bunut dengan IRMA dan BKM Mesjid Al - bakr, untuk memberikan contoh juga membudayakan kebudayaan islam yang mana telah lama tak pernah di rayakan hanya ingat dengan tahun baru masehi setiap tahunnya.
dimana pada malam itu juga dilakukan pawai obor dan nasyid anak remaja keliling komplek bunut factory dimana warga setempt juga antusias untuk merayakan malam 1 muharam 1430 H. Sebelum malam IRMA dan BKM mengadakan perlombaan Busana Musli Yang mana diikuti anak - anak sebanyak 47 peserta

Read More......